Benchmarking (Patok Duga)


Melakukan benchmarking sama dengan melakukan intropeksi diri dan meyakini bahwa tidak ada perusahaan yang benar-benar sempurna, baik bagaimana sistem kerjanya maupun manajemen internalnya. Maka dari itu setiap perusahaan sewajarnya melakukan benchmarking terhadap instansi yang menjalankan misi serupa agar mereka tahu letak perbedaan dan kemajuan dari setiap sisi masing-masing perusahaan. Perusahaan berusaha mencari praktik-praktik terbaik dari kompetitor karena pada dasarnya benchmarking adalah suatu proses belajar yang berlangsung secara sistematik dengan membandingkan perusahaan sendiri dengan perusahaan terbaik atau pesaing yang paling unggul.
Tujuan dari benchamarking adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan kemudian mengadaptasi atau memperbaikinya untuk dilaksanakan dan diimplementasikan sesuai kebijakan yang ada di perusahaan. Bukan hanya sekedar adopsi akan tetapi juga mengimplementasikannya selaras dengan ciri khas perusahaan, tanpa mengurangi esensi inovasi yang telah ada sebelumnya. Adapun faktor-faktor yang mendorong perusahaan melakukan benchmarking antara lain, komitmen terhadap TQM, fokus pada pelanggan, product to market time, waktu siklus pemanufakturan, dan laba. Manfaat yang diperoleh perusahaan dari benchmarking adalah adanya perubahan budaya, di mana memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang realistis dan berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target. Manfaat kedua adalah perbaikan kinerja di mana tanpa sadar mampu membantu perusahaan mengetahui adanya gap-gap tertentu dalam kinerja dan untuk memilih proses yang akan diperbaiki. Manfaat selanjutnya adalah mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, seorang karyawan akan mengetahui dan menyadari adanya gap antara yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain di perusahaan lain sehingga adanya benchmarking dapat memberikan dasar bagi pelatihan dan memicu keterlibatan karyawan dalam berproses dan meningkatkan keterampilan.
Terdapat empat jenis benchmarking yakni, (a) benchmarking internal, pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal lainnya dalam suatu organisasi; (b) benchmarking kompetitif, pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing; (c) benchmarking fungsional, pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan-perusahaan yang berada di berbagai industri, dan (d) benchmarking generik, pendekatan yang melakukan perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di setiap industri. Menurut Karlof dan Ostblom (1993) proses benchmarking terdiri atas lima tahap yaitu, keputusan mengenai apa yang akan di benchmarking, indentifikasi mitra benchmarking, pengumpulan informasi, analisis dan kemudian implementasi.
Referensi:
Karlof, B. & Ostblom, S. (1993). Benchmarking. Chirchester: John Wiley & Son.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep SECI dari Nonaka dan Corporate Amnesia

Kepemimpinan dalam TQM

Fokus pada Kepuasan Pelanggan